5 Fakta yang Harus Kamu Ketahui Sebelum Mendaki Gunung Andong

Naik Gunung menyadarkan saya betapa kurang berolahraga-nya saya. hehehe.
Jadi ceritanya tanggal 17 April kemarin saya berhasil mencapai puncak Gunung Andong, yeeey!!

Setelah sekian lama bolak-balik Jakarta-Magelang dan cuma bisa melihat Gunung Andong dari kaki gunung-nya saja,
Setelah hampir 10 tahun menjalin hidup bersama orang Magelang dari mulai pacaran sampai jadi istri,
Setelah urusan melahirkan, punya bayi, dan perut saya sudah kembali singset,
Akhirnya bisa juga saya taklukan Gunung Andong. Hahaha.

Di postingan kali ini saya hanya ingin share foto-foto yang saya sempat abadikan saat mendaki Gunung Andong. Biar lebih menarik, saya tuliskan juga dalam bentuk fakta-fakta yang saya sadari tentang Gunung Andong ya.

Bersebelahan dengan Gunung Merbabu dan Gunung Telomoyo

Ini jelas fakta ya. Dari puncak, saya dapat melihat dengan jelas indahnya Gunung Merbabu, kemudian disisi satunya, saya juga melihat Gunung Telomoyo dengan antena pemancar di puncaknya.

Foto dari puncak Gunung Andong, berlatarbelakang Gunung Merbabu.

Perbedaan dari gunung tersebut, yaitu (1) kita dapat mencapai puncak Gunung Telomoyo dengan menggunakan kendaraan maupun berjalan kaki. Kalau naik kendaraan mungkin agak kurang puas ya dibandingkan dengan mendaki gunung dengan kaki sendiri, tapi pasti nggak perlu capek-capek, itung-itung simulasi sebelum mendaki gunung beneran. (2) Gunung Merbabu memiliki medan yang lebih banyak dan waktu mendaki yang lebih lama di banding Gunung Andong, perbandingannya bisa 3:1. Kalau gunung Andong cocok untuk pemula, maka gunung Merbabu cocok untuk pendaki tingkat selanjutnya, hehe

Cocok buat pendaki pemula

Buat yang baru mencoba hiking kayak saya, gunung Andong bisa jadi pilihan yang tepat. Banyak orang sudah membuktikannya. Masih ingat tidak beberapa bulan yang gunung Andong sempat nge-hits banget dalam dunia pergunungan, bahkan masuk media sana-sini. Itu lantaran banyak orang yang belum pernah mendaki (kayak saya) tertantang untuk mencapai punyak. Kalau lihat di media ramainya bukan main, bahkan di puncak gunung kelihatannya kayak di pasar.

Sekarang sih sudah jauh lebih sepi, waktu saya kesana mungkin hanya ada 20-30 orang pendaki. Masih terjaga keheningannya. Diantara mereka ada satu keluarga yang membawa anak-anaknya, kira-kira diatas lima tahun lah, kereeen!!!

Puncak Gunung Andong

Meskipun cocok untuk pemula namun tetep harus persiapan fisik loh, jangan kayak saya belum sampai di pos pertama aja udah ngos-ngosan. Disaat saya ngos-ngosan, sempat kepikiran bagaimana jadinya kalau saya kehabisan napas, dan berakhir disini. Untung sebelum mendaki sudah solat subuh dulu, jadi kalau semisal Allah mencabut nyawa saya, setidaknya saya sudah solat subuh.

Ada 3 pos untuk istirahat sejenak

Pos Watu Pocong, Pos Watu Gambir dan sumber air. Kalau sudah ketemu sumber air, tandanya sebentar lagi akan sampai. Meskipun ada pos tapi tidak ada tempat untuk mendirikan tenda dan bermalam. Satu-satunya tempat mendirikan tenda adalah di puncak. Lah ngapain bangun tenda di pos-nya, wong waktu yang dibutuhkan buat mencapai puncak aja kurang lebih 60-120 menit. Cepat kok, itu sudah termasuk istirahat ngos-ngosan. hehehe, kalau mendaki Gunung Semeru baru deh tu boleh mendirikan tenda di pos-nya. (belum pernah mendaki gunung Semeru sih, tau dari nonton film 5 cm doang)

Perjalanan Menuju puncak Gunung Andong

Ada Warung dan Makam di Puncak

Thank God ada warung di puncak. Gara-gara dikasih tau ada warung di puncak, saya dan suami jadi nggak persiapan apa-apa, kami hanya membawa air minum di termos dan beberapa kue nogosari sisa pengajian semalam. hehe. Belum juga sampai puncak air minum sudah mau habis, bayangkan kalau di puncak nggak ada warungnya. Kering dah tenggorokan inyong!! Penasaran gimana sih rasanya nge-warung di puncak gunung, hehe akhirnya kami membeli tempe mendoan, kopi dan air mineral untuk persediaan turun gunung.

Makanan Gunung

Saking nyantainya, kami mau naik gunung dandanannya kayak mau beli garam di warung sebelah, hehe. Abang suami masih mending rada kerenan, pakai kaos, celana panjang, jaket, dan tas pinggang, sedangkan saya pakai daster, jaket dan celana tidur. Aduh, saya nggak ngerti kenapa saya nggak memikirkan outfit yang proper kayak orang mendaki gunung pada umumnya. Mungkin gara-gara rumah mertua saya di kaki gunung Andong, jadi kelihatannya dekat, haha.

Hikmaknya : Daster nggak menghalangi saya untuk menuju puncak, coz I wanna be on top, kayak slogannya Asia’s Next Top Model, hehe

Ada warung di puncak gunung saja sudah membuat saya tabjuk dan berfikir, gimana caranya pas bawa material bangunan dari bawah, nggak mungkin truk bisa naik sampai ke puncak, ini pasti penduduknya angkutin kayu dan material bangunannya. Luar biasa!! Kemudian saya melihat bangunan, seperti pendopo dengan atap yang terbuat dari baja ringan. Ternyata itu makam leluhur disana. Itu gimana bawa baja ringan dan material lainnya dari bawah!! Itu baru warung dan makam, belum hotel ya. hmmmm, Cukup…cukup nggak usah dipikirin lagi, saya lelah.

Hutan Pinus Mangli

Tak jauh dari pintu masuk gunung Andong, mengarah ke pasar Ngasinan, kalian akan menemukan pintu masuk Hutan Pinus Mangli. Sebelumnya saya sudah pernah kesini, monggo dibaca disini. Tempat ini bisa dijadikan untuk camping, malam keakraban / makrab atau foto pre-wedding.

Hutan Pinus Mangli, Magelang. Foto dulu sama si buleet.

Gimana?? saya cukup mempromosikan Gunung Andong dan Magelang kan??? hehehe ya dong, kampung halaman sendiri masa nggak dipromosikan, biar banyak turis lokal dan mancanegara yang berkunjung ke Magelang.

Next-nya saya dan suami mau coba mendaki Gunung Andong bawa Rayan (anak kami yang masih balita) dan bermalam mendirikan tenda disana (masih Gunung Andong, belum siap mencoba gunung yang lain). Pendakian pertama ini saya gagal lihat sunrise karena kami kesiangan, berangkat jam 6.30 sampai sana jam 8.00 pagi, udah hilang sunrise-nya bahkan waktu mendaki kami sempat beberapa kali berpapasan dengan pendaki lain yang sedang turun gunung, huhuhu.

Oke, selamat mendaki Gunung Andong, enjoy Magelang ya!!


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *