Berbuat Baik Itu Investasi

Pernah gak kesel sama orang sampe pingin cubit pipinya, dan jewer idungnya?? Hahaha.. main fisik amat yak!! Maapin ya Allah, maapin!! Saya juga masih manusia, masih bisa ngerasain kesal, ataupun sedih.

Tapi kebanyakan perasaan yang seperti itu saya pendam sendiri, trus ilang dengan sendirinya deh atau mencoba nyenengin diri sendiri dengan sok-sok sibuk atau nonton atau mandi atau nulis. Ada keinginan sih buat beneran nyubit orang yang bikin saya kesal, tapi yang bisa saya lakukan cuma menggigit angin. Kayaknya saya butuh boneka gede buat saya tinju-tinju deh, kayak si nene, temennya sinchan. Hahaha *untung saya orangnya bae sekaligus cuek

Saya punya motto ‘kebaikan selalu jadi juara’, jadi sebesar apapun rasa kesal atau marah terhadap seseorang, membalasnya tidak akan membuahkan hasil yang baik, hanya akan menumbuhkan egoisme diri. Dan, rupanya saya sudah lebih terbiasa mengalahkan berbagai jenis penyakit hati, hanya dengan sikap toleransi ditambah bumbu kesabaran, tarikan napas dan sedikit maklum, lalu keluar menjadi pemenang. hehehe Kemenangan ini pun hanya saya sendiri yang tau, tidak untuk dikonsumsi publik. 🙂

Kebetulan banget moment-nya masih hangatnya Natal, damai Natal. Saya sih gak ngerayain Natal, tapi kebanyakan teman saya merayakan Natal dan Natal itu identik dengan kasih, berbagi, kedamaian, kebaikan, salju dan home alone, hehe. Ya, ampir sama kayak lebaran lah.

Ngomong-ngomong soal berbuat baik, ada satu lagi hal yang mengingatkan saya untuk selalu berbuat baik, yaitu Karma. “Apa yang kau tanam, itu yang kau tuai”. Sebelumnya, mari kita tonton video favorit saya ini :

https://www.youtube.com/watch?v=ePWUeVWy3Sw

Secara smooth, video ini memperlihatkan bagimana Karma bekerja dalam hidup. Sekecil apapun kebaikan yang kita lakukan kepada orang lain, maka kebaikan itu akan kembali pada kita dengan caranya sendiri, dengan rumusnya sendiri. Jadi, sebenernya rumus hidup saya simple saja sih, kalau gak kepingin dijahatin orang, jangan berbuat jahat ke orang, kalau pingin dibaikin orang, ya berbuat baik juga, kalau pingin di-respect sama orang, ya kita juga harus respect orang lain dong. Jadi setiap kali saya dibuat kesal sama orang lain, sebisa mungkin semampu saya, saya tidak akan berlaku hal yang sama kepada orang tersebut, karena saya gak mau lagi digituin. Inget konsep Karma.

Hal lain yang menarik, bahwa ketika kita bertindak sesuatu, baik itu hal baik maupun jahat, kadang Allah membalasnya bukan kepada diri kita sendiri melainkan kepada keluarga kita, bisa mama, adik, kakak, suami dan sanak keluarga kita lainnya. Semisal kita berbuat baik dengan memberikan tempat duduk kepada orang tua di bus, suatu saat nanti balasannya bisa saja Allah kasih buat orangtua kita, buat mama. Jadi, pikir-pikir lagi kalau mau menzolimi seseorang, jangan-jangan balasannya nanti Allah kirimkan buat orang terdekat kita, gak mau kan!!! Jadi banyak-banyak deh berbuat baik.

Ini bukan ilmu pasti sih, hanya perasaan saya saja. Tapi saya percaya, karena dengan mengingatnya membuat saya selalu ingin berbuat baik. Saya berharap semakin banyak saya berbuat baik, membawa berkah juga buat saya dan keluarga.

Berbuat Baik

Saya meyakini berbuat baik itu seperti menabung, seperti investasi jangka panjang untuk hidup dan akhirat, untuk segala permohonan, doa dan cita-cita. Jadi bagi kita-kita yang sedang menginginkan sesuatu, atau sedang mengejar cita-cita, selain berdoa, perbanyak juga berbuat baik. Kita tidak akan pernah tahu, perbuatan baik yang telah kita lakukan suatu saat dapat menolong dan menaikkan derajat kita. Saya meyakini alam dan semesta pun berkonspirasi untuk mewujudkan impian kita.  🙂

Dan, jangan kamu pikir berbuat baik itu hanya saat kamu memberikan uangmu kepada pengemis dan sejenisnya. Bebuat baik itu tidak susah, kalau hanya senyuman yang bisa kamu beri maka berikanlah. Jangan pelit-pelit senyum. Kalau kamu bisa memberikan kebahagian kepada orang lain dengan tidak mengabaikannya, dengan melakukan obrolan ringan mengusir penat, maka lakukan lah. As simple as that.

Pernah seorang guru berkata “Baik itu bukan hanya saat kamu memberikan sepeser uangmu untuk mereka yang tidak mampu, tetapi juga ketika kamu ikut senang ketika tetanggamu berhasil atau ketiban rejeki, bukan malah iri dengan keberhasilan tetanggamu itu. Bisakah kamu menyingkirkan segala penyakit hati (iri, dengki, sombong) dan ikut berbahagia bersama tetanggamu itu??”.

Ngomong-ngomong soal kebaikan, saya sendiripun harus lebih banyak berkaca, karena saya pun bukan manusia sempurna. Saya mah apa atuh, motivator bukan, ustazah juga bukan, namun berbagi pendapat, pengalaman dan opini kan bukan hanya milik motivator atau ustazah toh. 😀

Saya jadi teringat dengan reality show berjudul ‘Tolong’ yang pernah tayang di salah satu stasiun televisi. Konsepnya, ada ibu-ibu atau bapak-bapak atau adik-adik yang sedang kesulitan, semisal seorang ibu. Lalu ibu ini mendatangi pasar, terminal, pokoknya tempat-tempat yang dipilih bukan tempatnya orang berduit. Ibu ini meminta tolong / minta duit, pada orang-orang yang nasip-nya gak beda jauh dari mereka. Sebut saja ibu ini meminta tolong pada tukang parkir. Lalu, jika tukang parkir ini bersedia menolong sang ibu, maka tim dari ‘Tolong’ akan keluar dan memberikan rejeki kepada si tukang parkir berupa uang yang jumlahnya berkali lipat dari jumlah yang ia berikan ke ibu itu.

Sejenak mari renungkan, it’s oke if we help someone who need it. But, it’s really something if we help someone who has the same condition with us. Konsep dari Reality show ‘Tolong’ bukan hanya membantu mereka yang kesulitan, melainkan membantu mereka yang kesulitan disaat keadaan yang dimintai tolongpun tidak lebih baik dari yang meminta tolong.

Akan terlihat biasa jika ibu-ibu yang meminta tolong ini minta uang ke orang-orang yang mampu, karena mereka akan dengan mudah mendapatkannya. Poin yang ingin diperlihatkan, bukan si mampu membantu si tidak mampu, melainkan si tidak mampu membantu si tidak mampu. Yang diuji di sini adalah apakah si tidak mampu bersedia berkorban menyisihkan rejekinya yang tidak seberapa untuk menolong orang lain yang nasipnya hampir serupa dengannya.

Sudah biasa jika mengorbankan / menyumbangkan barang-barang yang sudah tidak kita pakai, bahkan sudah jelek, tapi apakah kamu rela jika harus menyumbangkan barang-barang yang kamu sukai dan masih layak pakai buat orang lain?? Tingkat keiklasannya beda loh, pahalannya juga beda loh. Gedean yang mana coba?? 😀

*kalau itung-itungan pahala mah kita serahkan saja sama yang diatas, pokoknya banyakin aja berbuat baik-nya 😀

Salam,

 

 

 

 


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *