Kisah Bumil menghadapi trimester awal kehamilan

Pagiii….

Tak ada satu pagi pun yang terlewatkan tanpa mual-mual. “Dasar bumil” begitu kata mereka yang sepertinya masih amazed dengan kondisi saya yang telah berbadan dua. 😀

Tidak hanya mual-mual, saya juga merasakan napsu makan saya turun drastis. Saat makan siang, saya hanya makan beberapa suap sedok saja disertai dengan cara makan yang males-malesan kayak anak kecil kalau lagi disuapin sama ibunya. Bahkan, kini makanan favorit saya malah berubah menjadi makanan yang membuat saya tidak napsu makan. Biasanya nama-nama ini, bebek, ikan lele, bandeng presto, mie ayam langsung muncul di benak saya kalau saya dan abang sedang memilih menu makan. Entah kenapa sekarang menu itu membuat saya tidak napsu makan. Ujung-ujungnya cuma makan nasi tempe, tahu, telur, dan sayur sesekali (kalau ada sayur yang saya suka).

Minggu lalu, setelah pulang kantor, abang membawa saya keliling daerah Radio Dalam, Fatmawati, Kemang, Gandaria, lalu balik lagi ke Radio Dalam, barangkali saya menemukan makanan yang membuat saya bernafsu. Tapi hasilnya nol. Akhirnya, saya minta abang yang pilih, trus saya ikut saja.

Beberapa kali saya coba menanamkan sugesti bahwa kondisi saya tak perlu dibawa ribet, anggap saja seperti saat saya belum tau kalau saya hamil, toh saya sudah melewati 6 minggu kehamilan saya dengan baik-baik saja. Tapi ini rupanya gak mudah buat dibawa nyantai, huhuhu.

Mungkin itu alasan kenapa orang hamil sekalinya minta makanan (ngidam) langsung diturutin, karena napsu makan berkurang. Tapi saya sendiri binggung apa saya ngidam atau nggak, karena gak ada makanan yang saya mau. Kalaupun saya minta makan sesuatu, itu bukan karena saya ngidam tapi karena mungkin dengan makan itu barangkali bisa membantu saya meningkatkan napsu makan saya. Wis, pokoe mangan…

Saran dan kisah orang-orang, saya tampung. Ternyata ibu-ibu lainnya juga banyak yang menghadapi masalah serupa di trisemester awal kehamilan, yaitu mual dan gak napsu makan. Abang menceritakan keadaan istri teman kantornya di trimester kehamilannya yang terkena sakit maag gara-gara gak napsu makan sampai-sampai ia di opname. Tapi setelah melewati trimester kehamilan, napsu makannya kembali seperti semula, malahan jadi doyan makan.

Abang mewanti-wanti saya untuk minum obat maag, takutnya saya terkena maag karena gak banyak makan seperti biasanya. Dokter juga sempat bilang boleh minum obat maag kalau diperlukan.

Orang-orang terdekat saya menyarankan untuk minum susu ibu hamil yang ada emesisnya, untuk mengurangi rasa mual. Mbak saya bilang kalau saya harus makan, harus dipaksain makan, kalau muntah ya makan lagi, dikit-dikit boleh asal sering. Lalu ada perkataan mbak yang membuat saya harus makan walaupun gak mood.

Mbak bilang, sekarang bukan hanya saya yang harus makan tapi si dedek di perut juga harus dikasih makan biar nutrisinya terpenuhi, jadi walau bagaimanapun harus makan, inget didalam perut ada yang harus dikasih makan. Dan makanannya pun harus diperhatikan, jangan makan makanan yang gak sehat atau banyak msg-nya karena sel-sel otak janin terbentuk di usia  3- 4 bulan kehamilan. Jadi supaya pembentukan otaknya baik harus didukung dengan gizi dari makanan yang dimakan oleh si ibu. Jadi saya disuru makan sayur, buah, kacang-kacangan, ikan, susu, daging, kedelai, kacang ijo dan apa saja yang bergizi.

Setelah itu saya jadi merasa harus makan walau sedikit-sedikit, harus paksain makan.

Beberapa hari lalu, saya coba membeli salah satu makanan favorit saya ikan bandeng dan sayur, saat memakannya sama sekali gak ada napsu makan + males-malesan, tapi saya bertekat harus makan. Ehhh, dirumah malah muntah, yang sudah saya makan keluar semua. Sediih!! tapi harus makan lagi.

Jadi inget wejangan almarhum papa kalau anak-anaknya lagi sakit “Sakit tuh obatnya makan, jadi harus makan”.

Baiklah, saya harus berjuang melawan ‘tak napsu makan’ untuk si jabang bayi. Semangat!!!! Abang juga…

 

 


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *