LDR (Long Distance Relationship) dengan Suami

Sebelumnya, Selamat Hari Raya Idul Fitri yah. Maaf lahir batin. 🙂

Harusnya LDR bukan hal yang baru bagi saya. Dulu waktu pacaran, saya dan abang juga sudah LDR Jakarta – Salatiga, selama -+4 tahun. Lalu, Mei 2014 kami menikah dan mengontrak rumah di bilangan Jakarta Selatan. Lebih dari setahun sudah kami hidup sebagai pasangan suami istri, saya sudah terbiasa hidup bersama. (Detail story of us-nya bisa dilihat disini yah : vantiag.us)

Sekarang saya khawatir, karena setelah lebaran saya dan abang harus LDR lagi. Saya di Magelang bersama mertua, sedangkan abang di Jakarta karena harus bekerja. Saya mencoba mengingat-ingat bagaimana saya bisa melewati hari-hari waktu jauh dari abang dulu dan menganggap LDR bukan perkara yang besar.

Keputusan ini kami sepakati bersama karena saya akan segera melahirkan dalam waktu dekat, kemungkinan Agustus 2015 akhir. Doakan yaa. Abang khawatir, kalau saya melahirkan di Jakarta, saya akan keribetan mengurus bayi sendirian karena mama saya sudah 6 bulan ini sakit dan gak mungkin saya merepotkan mama. Lalu akhirnya kami memilih Magelang, karena mertua saya dengan senang hati menyambut dan membantu saya belajar menjadi ibu yang baik. Selain itu juga menyenangkan hati mertua, bukan??

Sebelum waktunya tiba, setiap malam saya pandangi wajah suami saya, barangkali dengan memandangi wajahnya setiap hari bisa menjadi tabungan mengobati rindu saya ketika LDR nanti. Belum pisah aja rasanya udah Rindu. Duh, kenapa saya jadi manja gini ya? Sejujurnya saya tidak siap.

long distance relationship

Kadang saya meluapkan kekhawatiran saya sama abang.

“Bang, nanti kalau malam-malam kaki aku keram, aku teriak-teriak minta tolong sama siapa?”

“Bang, nanti kalau aku udah duduk susah berdiri lagi, yang bantu aku berdiri siapa?”

“Kalau aku tengah malam pengen pipis, aku kebelakangnya gimana? Rumah kamu di Magelang kan digelapin kalau malam, trus agak jauh lagi ke toiletnya”

“Kalau aku gak bisa bobo tengah malem gimana? Disekitar rumah kamu kan kebon-kebon gitu”

Pokoknya kekhawatiran saya kalau dibuat list-nya agak habis-habis deh. Sedangkan abang cuman bilang “Nanti aku minta mae nemein kamu kalau bobo, atau arum juga bisa”, kalau mama berpesan saya kudu banyak Dzikir dan berdoa biar segalanya dilancarkan.

Mungkin karena saya masih sungkan dengan mertua saya kali ya, takut ngerepotin. Soalnya saya juga lagi berbadan dua, jadi takutnya kalau susah ini itu jadinya malah ngerepotin orang. Saya sedikit khawatir jika saya nanti ditinggal suami, karena sejauh ini hanya suami yang berani saya repotin.

Saya sendiri mencoba meyakinkan diri saya sendiri kalau saya bisa melewati LDR yang kali ini seperti yang sudah-sudah. Dari pengalaman saya LDR dulu dan yang akan datang ada beberapa tips supaya LDR jadi gak terasa ‘mengerikan’:

  1. Koneksi Internet.

Sebenernya abang sih yang nyiapin ini semua, mulai dari koneksi internet HP sampai Modem. Sekarang tentunya kemajuan teknologi sangat ngebantu para pecinta-pecinta yang terhalang oleh jarak. Sekarang sudah ada WA, Gtalk, Skype dan social media seperti FB, Twitter, Path dll, jadi manfaatkanlah aplikasi itu sebaik-baiknya.  Kebetulan saya jauh dari kota, tepatnya di kaki gunung Andong, Magelang. Yah Sabar-sabar aja deeh.

  1. Buat list kegiatan.

Mungkin kebanyakan dari kalian masih mahasiswa yang pacarannya LDR karena harus study di luar kota atau negeri orang barangkali, jadi jelas kegiatan-nya adalah sekolah, ikut kegiatan ini-itu, bergaul dan pokoknya mempersibuk diri. Nah bagi yang ibu rumah tangga seperti saya tentunya juga banyak loh yang bisa dilakukan. Dari bangun pagi saya masak sama ibu mertua, trus duduk-duduk di teras sambil berjemur dan liat gunung andong, nulis juga gak absen dong, nge-cek social media, hehe, baca buku, nyari resep makanan, masak lagi, ngobrol. Pokoknya ini momentum bagi saya buat belajar masak dari ibu mertua. Kamu? Cari momentummu sendiri ya, barangkali dengan menjadi LDR bisa memperkaya kemampuan bu dalam bidang lainnya yang belum muncul kepermukaan.

  1. Cari hiburan.

Akan lebih mudah bagi kalian yang tinggal di kota, tapi bagi saya yang sekarang di desa, hiburan menjadi hal yang langka. Di kampung halaman suami saya, desa Selomirah, Magelang, sekalinya ada hiburan, semisal dangdutan atau wayangan pasti keramaian langsung terpusat disana. Karena hiburan disini termasuk langka, jadi saya juga menyiapkan film dan buku, e-book yang saya bawa dari Jakarta. Tentunya musik juga dong.

  1. Siapkan Hati

Nah, ini yang paling penting. Jauh dari orang terkasih memang bukan hal yang mudah. Sering-sering komunikasi aja, kan sekarang telpon udah mudah bisa sms juga. Jangan dikit-dikit su’uzon (buruk sangka) sama suami. Sekedar menanyakan kabar atau menu masakan hari ini menunjukan kita care sama pasangan walau jarak jauh. Kadang saya suka menangis kalau kangeeeen banget sama suami. Katanya salah satu cara memeluk seseorang dari jauh adalah dengan mendoakannya. Semoga Allah selalu bersama dan menjagamu, suamiku. I miss you.

Long Distance Relationship (LDR) adalah bentuk perpisahaan singkat yang membuat saya belajar untuk mencintai orang-orang yang kita sayangi selagi kita bisa.

Karena masih suasana lebaran, jadi narsisnya pake hijab :)
Karena masih suasana lebaran, jadi narsisnya pake hijab 🙂

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *