Waktunya kembali ke Khayangan – Kembali ke Sang Pencipta

dnamoraGA1-300x164

Senang sekali rasanya bisa berada di dunia ini, punya mama dan papa, punya keluarga serta teman-teman untuk berbagi suka duka. Bukan hanya itu, terimakasih juga karena Gusti Allah sudah mempercayai saya memiliki keluarga kecil bersama suami, menitipkan anak untuk dididik, juga memiliki segudang ilmu dan kehidupan yang layak.  Oleh karena itu, sudah sepantasnya saya mengucap syukur atas kehidupan ini.

Disini, saya memberikan istilah yang lebih indah untuk menggantikan kematian, yaitu ‘Kembali ke Khayangan’, kedengaran lebih damai, terkesan tanpa beban ketika meninggalkan dunia ini. Sedangkan ‘Kematian’ terdengar sedikit menyeramkan, walaupun begitu setiap makhluk hidup, cepat atau lampat, pasti akan mengalaminya.

Saya cukup tertantang mengikuti giveaway dari mbak Desi ini karena memikirkan kematian adalah suatu perjalanan panjang ke dalam diri. Memikirikan apa saja yang sudah dilakukan selama ini, sekaligus memikirkan apa yang ingin dilakukan pada sisa waktu yang berikan. Tidak hanya memunculkan ide-ide, tapi juga melibatkan banyak rasa. Baru memikirkan kematian saja sudah muncul rasa sedih, kemudian muncul rasa senang atau puas apabila sebelum ajal menjemput kita bisa menuruti hal-hal yang diinginkan, rasa haru dan syukur atas kehidupan ini, lalu pada akhirnya kembali ikhlas.

nelson mandela

Jika saya harus kembali ke khayangan, kembali pada Sang Pencipta, saya berharap agar segala misi di dunia ini sudah saya kerjakan dengan baik. Semoga Allah masih memberikan waktu yang cukup panjang untuk saya bisa menjadi istri dan ibu yang baik, melihat Rayan masuk perguruan tinggi, dan ingin sekali bisa berkarya, juga bermanfaat buat orang lain. Namun apabila sisa waktu yang Allah berikan hanya 8 hari saja, maka berikut yang akan saya lakukan untuk menikmati waktu yang tersisa selama di bumi :

  1. Sekali saja melakukan kegiatan ekstrim

Saya berharap kalau saya bisa lebih santai menghadapi kematian, tapi sepertinya sekarang ini saya belum siap sehingga seringkali saya merasa takut, seolah-olah banyak hal yang belum saya selesaikan di dunia ini. Namun bila hanya beberapa hari lagi saatnya akan tiba, saya akan mencoba sesuatu yang sedikit ekstrim untuk mengalahkan rasa takut saya.

Terpikir untuk mencoba Bungee Jumping atau Skydiving, bisa dibilang keduanya adalah kegiatan yang paling tidak ingin saya lakukan di dunia ini karena saya terlalu takut untuk mencoba rasanya terjun bebas dari ketinggian tertentu.

Dengan melakukan Bungee Jumping atau Skydiving, saya berharap dapat melampaui rasa takut. Merasakan terjun bebas tanpa beban, seolah menjadi bentuk simbolis bahwa saya telah melepaskan segala keterikatan pada dunia, pada orang-orang yang selama ini sudah mengisi hidup saya karena pada akhirnya saya akan sendiri. Saya berharap kematian tidak seberapa menakutkan lagi karena saya sudah berhasil mengalahkan sebagian rasa takut.

  1. Menghabiskan waktu dengan orang tersayang

Jangankan mau meninggalkan dunia, mau dinas ke luar kota seminggu saja rasanya ingin puas-puasin waktu bersama keluarga dulu. Kita tidak akan pernah tahu kalau ternyata perpisahan keluar kota ini adalah terakhir kalinya saya bertemu dengan suami, anak saya dan mama.

Walaupun rasanya saya sudah banyak waktu dihabiskan bersama keluarga, tapi untuk hal ini, waktu tak pernah terasa cukup. Setiap malam saya akan tidur lebih lama karena saya ingin memandangi wajah suami dan anak saya dulu saat ia tertidur. Tak masalah kalau saat-saat terakhir di dunia ini saya jadi kurang tidur, toh, sebentar lagi saya juga akan tidur selamanya.

  1. Silaturahmi ke sanak saudara

Saya jadi ingat saat-saat terakhir sebelum papa meninggal. Seolah telah mengetahui ajalnya, papa dengan semangat mengunjungi sanak saudara kami yang ada di pulau Jawa dan Sumatera. Tante saya pun sempat cerita, kala itu penyakit stroke papa sempat kambuh, namun ia mengingkari dan kembali bersilaturahmi. Seperti papa, semoga saya diberikan waktu untuk bisa bersilaturahmi ke sanak saudara, memohon maaf apabila ada salah.

Foto terakhir papa dengan latar Laut sebelum ke khayangan.
Foto terakhir papa dengan latar Laut sebelum ke khayangan.
  1. Naik-naik ke puncak gunung

Walaupun bisa sekejap saja membayangkan berada di puncak gunung, tapi gak ada yang lebih indah dari bisa mangalaminya sendiri, merasakan berada di puncaknya. Melihat keindahan alam dari puncak gunung dan menikmati sunrise saja sudah lebih dari cukup. Katanya berada di puncak tertinggi itu seperti berada di atas awan ya? Berarti tinggal selangkah lagi menuju khayangan.

Rasanya ingin berlama-lama dipuncak gunung, baca buku sambil mendengarkan lagu Negeri di Atas Awan dari Katon Bagaskara, kemudian tidur siang sejenak. Tak perlu atap atau tenda agar ketika terbangun nanti seperti berada di surga.

The Sound of Music

  1. Kulari ke pantai – mandi hujan hingga tertawa lepas

Selepas dari puncak gunung, ingin rasanya bermain air di pantai. Membuat istana pasir di hari yang cerah, kemudian berenang, ingat-ingat lagi waktu berenang di perut ibu.

Kemudian hujan turun. Tak ingin melewatkan hujan, yang barangkali akan menjadi hujan terakhir, mandi hujan akan menjadi pilihan yang menyenangkan seraya mengingatkan bahwa manusia biasa itu akan basah kalau terkena hujan. Jadi, daripada menghindari hujan, lebih baik kita tertawa saja bersama hujan.

  1. Memberikan kenangan terindah untuk Rayan

Sebagai seorang ibu, tentu saja saya ingin melihat anak saya tumbuh besar, menjadi anak yang soleh serta berguna bagi bangsa dan Negara. Namun apabila saya sudah harus kembali ke khayangan sebelum Rayan besar. Saya ingin sekali memberikan kenangan indah bagi Rayan, walaupun sedikit kemungkinan Rayan bisa mengingat hangatnya pelukan saya. Saya berharap melalui foto, Rayan tau bahwa Ibu selalu mencintai Rayan.

  1. Banyak sholat dan zikir

Yang terakhir adalah lebih mendekatkan diri pada Gusti Allah. Meskipun sampai akhir nafas pun ibadah saya masih jauh dari sempurna, setidaknya dengan terus menyebut nama-Nya, saya merasa bahwa Gusti Allah selalu berada bersama saya, meskipun saya juga tahu bahwa Dia memang selalu bersama saya, Dia selalu ada dalam diri saya, di setiap nafas saya. Bersujud dengan khusyuk, melepaskan segala ego diri, memohon ampun atas segala dosa. Semoga Khusnul Khotimah.

Akhir kata, terimakasih untuk Mbak Desi karena melalui giveaway-nya yang mengambil tema ‘8 Hari Menuju Kematian’, banyak orang diingatkan kembali akan kematian. Dan, sebaik-baiknya mempersiapkan kematian, lebih baik dipersiapkan dari sekarang. Sebagai umat muslim, kewajiban sholat, dan beramal tetap dijalankan, tapi jangan lupa juga bahwa berbuat baik, mencicil mimpi, bekerja keras, melayani suami bahkan ketulusan mengurus anak adalah bagian dari ibadah juga. Semoga hidup kita berkah.

Tulisan ini diikutkan dalam dnamora Giveaway

Islamic Quotes About Death (6)


Comments

8 responses to “Waktunya kembali ke Khayangan – Kembali ke Sang Pencipta”

  1. HIks sedih, hehee…tapi apapun itu, kita harus siap ya,

    1. iya mbak…semoga caranya yg bae2 ya mbak 😀

  2. pesan terakhir itu kenak bngt, setiap yang bernyawa akan mati,

    1. jadi diingetin lagi ya mbak sma akherat

  3. Ya Allah begitu banyak dosa hamba, dan belum banyak yang hamba siapkan untuk bekal di akhirat.
    “Banyak orang yang sibuk memikirkan bagaimana hidup bahagia, tapi lupa bagaimana mati bahagia”

    1. Quotenya ngena banget. :)Bekalnya harus disiapkin dari sekarang.

  4. Terimakasih tulisannya Mba, Melimpah berkah segala urusannya,, aamiin

    1. Seneng juga bisa berpartisiasi mbak, desiiii 😀

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *