Emang harus jadi ibu dulu, baru bisa merasakan betapa rruar biasanya melihat tumbuh kembang anak secara nyata dari hari ke hari.
Lahirnya Rayan memang bukan hal pertama hadirnya bayi dalam hidup saya. Sebelum mengasuh anak sendiri, dulu saya suka ngajak main keponakan dan sepupu. Tapi tetap saja ada perbedaan antara momong anak orang dan anak sendiri, kalau anak orang lain ketemunya hanya sesekali, lalu kemudian tau-lau dia udah bisa hal-hal baru, tau-tau udah tambah besar. Kita-nya sih senang-senang aja ngajak mainnya, apalagi kalau anaknya kooperatif, menyenangkan dan ngegemesin.
Nah sekarang ketika menjadi seorang ibu, saya merasakan sekali pertumbuhan anak dari hari ke hari, bangganya bukan main. Liat anak yang tadinya asal-asalan main puzzle trus tiba-tiba mulai bisa naruh puzzle di tempat seharusnya, itu prestasi banget rasanya.
Saya bukan tipe yang terlalu menuntut anak untuk bisa ini itu dengan sempurna, bukan pula ibu yang sempurna, saya hanya berusaha sebaik dan sewajarnya dalam mendidik anak. Tapi namanya juga sehari-hari bersama si bayi, terlibat pikiran, raga dan emosi, nggak heran kalau perkembangan sekecil apapun itu menjadi prestasi buat saya. One more credit for being mom. 😀
Menjadi seorang ibu membuat saya tertarik dan merasa butuh untuk belajar tentang parenting.
Salah satu teman blogger saya, bernama Husnul Khotimah atau sering dipanggil mbak Inuel juga sangat concern dengan perkembangan anaknya. Hal ini sering ia share di blog-nya yang ia beri nama Jombloku.com (eittss, jangan terkecoh dengan namanya blog-nya ya, ibu ini sudah tidak jomblo lagi, hihihi. Ps. Kalau mau tau kenapa ia masih setia dengan nama blog Jombloku.com, bisa lihat sejarahnya disini ya)
Menemui orang yang memiliki persamaan dalam mengurus anak rasanya seperti ada temannya, hehe ada kedekatan antara kami. Selain sama-sama punya bayi, kami dihadapkan juga dengan permasalahan yang kurang lebih hampir sama. Bukan itu saja, mbak Inuel ini rupanya seumuran loh sama saya 😀
Mengutip tulisan mbak Inuel
“Ilmu parenting itu sangat penting dipelajari. Ketika kita tidak menemukan metode yang pas, kita bisa mencoba metode lainnya, tentu saja yang lebih akurat dan bisa dipraktekkan dengan senang hati oleh anak kita.”
Belajar parenting itu memang nggak boleh pantang menyerah ya, saya merasakan banget kalau parenting merupakan sebuah proses trial and error sepaket dengan resikonya. Dalam parenting, kita nggak bisa menyamaratakan satu metode pembelajaran kepada setiap anak.
Semisal ketika menghadapi masalah anak yang susah makan, ada yang dengan cara A saja anak bisa langsung lahap makan, ada yang harus dengan cara B, ada juga yang sudah mencoba cara A dan B tapi belum juga si anak mau makan, ada juga yang sudah berhasil dengan cara A dan B tapi tak berlangsung lama. Jadi, orang tua nggak boleh begitu saja pantang menyerah dengan satu metode, kalau belum berhasil coba cari cara lain, barang kali dengan cara F si anak baru mau makan. Itulah mengapa parenting itu sebuah proses trial and error sepaket dengan resikonya.
Saya pelan-pelan sudah mulai terbiasa menangani mood anak saya, saya pikir seberjalannya waktu sebagai ibu, nanti nalurinya akan terasah dengan sendirinya. Disini saya boleh terkesan bijak, bahkan sok-sokan memberikan tips pula, hahaha padahal dibalik layar untuk menuju ketahap itu sangat menguji kewarasan saya sebagai seorang ibu. huhuhu, bahkan sampai sekarang selalu ada tantangan baru. Semakin meningkatnya tahapan tumbuh kembang anak selalu berbanding lurus dengan semakin banyak pula tantanganya.
Mungkin sekarang permasalahan saya baru sebatas menangani anak yang susah makan, nanti semakin besar barangkali saya harus berhadapan bagaimana supaya anak nggak males-malesan setiap berangkat ke sekolah, dan lain-lain.
Untuk itulah saya harus terus belajar parenting, dan nggak bisa menganggap bahwa satu metode pengajaran itu benar, karena balik lagi bahwa setiap anak itu beda-beda.
Dari bermacam-macam cara mengasuh anak, Mbak Inuel ini tergolong yang katanya Tega dalam mengasuh anak, hmmmm, tega yang seperti apa ya??
Tega menurut Jombloku.com
Beda anak, beda pula tantangan dan cara menghadapinya, kalau Mbak Inuel ini kelihatannya sosok ibu yang tegas dan disiplin, bahkan tetangga dan orang terdekatnya seringkali menyebutnya sebagai ‘orang tua Tega’. Pasalnya ia nggak rela banget anaknya, Kinza, tumbuh menjadi anak yang manja, yang apa-apa dituruti.
Tega yang seperti apa sih yang dimaksud mbak Inuel?
Kinza jatuh, saya biarin bangun sendiri.
Kinza mau makanan, saya suruh ambil sendiri.
Kinza mau minta makan sendiri, saya kasih.
Kinza minta dibantuin hal-hal yang dia sendiri sudah bisa nglakuin, dan saya menolak.
Mbak Inuel hanya ingin mempersiapkan Kinza sebagai orang yang mandiri dan nggak manja, yang sedikit-sedikit ngerengek dan minta dukungan.
Baca tulisan mbak Inuel, saya jadi mikir, “duh, saya termasuk golongan yang mana ya??”. Untuk beberapa hal sepertinya saya juga termasuk yang tega tapi ketegaan saya belum konsisten, hehehe karena untuk beberapa hal saya termasuk yang toleran juga sama anak.
Saya pun sama seperti mbak Inuel, ingin anak mandiri. Contohnya saja, ketika anak saya jatuh. Justru saya diemin / pura-pura nggak tau, biar dia bangun sendiri dan nggak merasa terintimidasi dengan tatapan orang-orang yang melihat ia terjatuh. Justru kadang saya becandain “hehe, jatuh ya? ayok bangun nak, nggak apa-apa ya, lain kali hati-hati dong, ada yang sakit gak? mana yang sakit?” paling sih saya gituin, trus dia sambil nunjuk-nunjuk dengkulnya.
Ada satu pengalaman Mbak Inuel ketika mengajarkan Kinza makan sendiri, ini sama banget dengan yang terjadi pada saya. Hihihi Kudu siap beberes, karena kalau anak makan sendiri itu berantakannya kemana-mana, makannya di ruang tamu, tapi makanannya bisa berceceran sampai ke ruang TV, gimana caranya coba?? Belum lagi kakinya yang mulai risih gegara nginjek nasi, trus ubin jadi lengket cyiiin.
Mbak Inuel ini super tegas banget sama anaknya, Kinza, kadang gregetan banget kalau liat anak yang keseringan dimanjain orang tua, dikit-dikit minta suapin. Katanya, mending nggak usah makan kalau minta suapin. Karena sikap tegas dan disiplin-nya, ia sering dia cap ibu yang tega pake banget. Kalau saya masih dikit-dikit suka nyuapin Rayan, bukan Rayan yang minta sih, biar cepet dan ada makanan yang masuk ke mulutnya aja. Habis kalau nyuap sendiri kadang suka sedikit yang masuk ke mulut.
Kadang saya juga suka merasa terlalu menganggap Rayan bayi kecil, suka godain dia ala bayi-bayi baru, padahal dia udah bukan bayi baru lagi, udah mau 2 tahun. Udah bayi bangkotan, hihihi. Abisnya suka gemeees sama anak sendiri, abis mukanya lucu, ganteng, pinter dan ngegemesin banget. Tuh kan jadi muji-muji anak sendiri. Doa sih lebih tepatnya. hehehe
Dalam tulisannya, Mbak Inuel juga memberikan tips parenting : menanamkan sikap disiplin untuk anak, juga agar orangtua menjadi lebih tegas, monggo di klik disini. Dari beberapa tips, yang paling menampar adalah “Berbenah”.
Yuk, Benahi.
Bukan hal baru bahwa faktanya ‘Anak-anak adalah seorang peniru ulung’. Ketika anak menginjak umur 1 tahun, ia memiliki kecenderungan mengamati, mencermati dan meniru segala yang ia lihat, dengar dan rasakan. Jadi berhati-hatilah para orang tua, karena ia akan menyerap nilai-nilai dan kebiasaan yang tertanam di lingkungan terdekatnya, yaitu rumah dan para orangtua. Oleh karenanya, PR juga bagi saya, suami dan para orang tua lainnya untuk membenahi diri agar bisa menjadi contoh teladan yang baik untuk anak.
Terimakasih Mbak Inuel, telah mengingatkan. 🙂
Bukan hanya tentang Parenting, di blognya, Mbak Inuel juga menuliskan tips tentang kecantikan, motivasi diri, kesehatan, kehamilan, review dan Kinza Story. Kelihatan banget kalau mbak Inuel ini rajin nulis, sebulan saja kira-kira ia bisa menulis 10-30 artikel, alamaaaaak!! Produktif kali kau mbaakk!!!
Salam cium ya buat Kinza, muahh.
Silahkan loh mampir ke blog Jombloku.com yang simple dan didominasi warna putih. Ibarat rumah, blog-nya mbak Inuel tipe Minimalis, Sukaa. hehehe
Leave a Reply