Selamat hari ke-8 tahun 2016!!!
Belum telat kali ya buat nulis highlight di tahun 2015, wong di entertaiment tv aja beritanya masih tahun baruan artis 😀 2015 is all about Rayan, my favorite boy in the entire universe. 🙂
Bagaimana tidak, di awal tahun 2015 kehadirannya udah didamba-dambakan. Januari 2015, dokter memberitahu bahwa saya positif hamil 7minggu, ada rasa deg2an merasa ada sesuatu yang tumbuh hidup di badan saya, tapi banyakan bahagianya 😀
Mulai deh ngerasain masa-masa mual dan males makan, tapi ini hanya di trimester pertama. Wejangan2 mulai bermunculan dari orangtua, saudara, teman dan kerabat. Intinya, di trimester pertama saya harus jaga kondisi janin karena janinnya belum kuat. Mulai mengurangi makanan berMSG, banyak makan sayur dan buah. Saya sih gak merasa ngidam, masih dalam tahap pingin, tapi kata abang saya ngidam Jeruk Pakistan, rasanya asem.
Pada bulan-bulan ke 5-7, perut saya mulai kelihatan membesar. Baju2 dan celana2 udah pada gak muat. Tapi enaknya, kalo pergi2 naik transjakarta dapet privilage ibu hamil. Bulan ke-6, saya mulai belanja baju-baju dedek. Belanja baju bayi adalah salah satu moment yang gak boleh dilewatkan ibu hamil.
Jalan 8 bulan, setelah resign dari kantor, saya hijrah ke Magelang. Yup. Saya melahirkan di Magelang kota Gemilang, kampungnya abang suami. Dan, karena Magelang-nya masih masuk ke pedesaan, di Kaki Gunung Andong, jadi udaranya sejuk bangeet!!! Awal yang baik buat dedek, bisa leluasa menghirup udara segar dan bersih, gak kebayang deh kalo di Jakarta keluar jalan raya dikit udah asep knalpot. Bersyukur, karena setiap kali napas udaranya seger, belum lagi setiap buka pintu rumah udah disuguhin pemandangan gunung Andong nan cakep 🙂
Namanya juga Vanti, gak bisa diem orangnya, hehehe. Walaupun perut membesar, tapi badan pingin beraktivitas, palingan sih masak kecil-kecilan. Jangankan masak, H-1 melahirkan saja saya masih bisa naik motor, dibonceng suami. Memasuki kehamilan bulan ke-9, dimana saya sudah gak mampu lagi lihat kaki sendiri, akhirnya saya dibolehin buat dateng ke wisudanya teman saya di UKSW Salatiga. Sekaligus kangen-kangenan sama mantan kampus 🙂 Selang 20 hari setelah datang ke wisuda, saya melahirkan.
Adalah kodrat seorang wanita untuk melahirkan. Mama bilang kalau saya harus tenang, gak usah takut, semua wanita pernah dan akan merasakan yang namanya melahirkan, jadi takutnya dikit aja. Kata kakak saya yang udah punya anak 3, “Sakit, kayak digigit semut, tapi semutnya 10.000”, hahaha. “Sakit… tapi gak kapok-kapok, malah nambah, 3 pula” balas saya, hehehe.
Magelang, 20 Agustus 2015, Arrayan Edi Sarwono, putra pertama kami lahir dengan selamat, berat 3 kg dan tinggi 47cm. Alhamdulilah. Sejarah nama Rayan.
Setelah lahiran dan kembali ke rumah, gak henti-hentinya penduduk desa pada datang nengokin bayi. Rasanya seperti ngadain hajatan tujuh hari tujuh malam, lebih bahkan. Kira-kira sebulan lebih tamu-tamu yang adalah penduduk desa ini terus berdatangan. Dan yang paling mencengangkan lagi, tetangga dan saudara terdekat ikut bantu masak-masak di dapur selama waktu yang tidak ditentukan, sampai tamunya habis. Pemandangan gotong royong seperti ini yang jarang sekali saya temukan di kota.
Adanya dedek Rayan di tengah-tengah keluarga menambah kehangatan yang terjadi diantara kami. Si ceroboh Vanti pun, jadi punya alasan untuk terus berkembang, mengerahkan semua untuk menjadi ibu sekaligus orang tua yang baik bagi Rayan.
Banyak hal yang membuat saya tak berhenti bersyukur, salah satunya adalah kesehatan Rayan. Bisa dibilang Rayan termasuk bayi yang sehat. Alhamdullilah yah. Belum genap 2 bulan, Rayan udah saya ajak ke Yogyakarta, memenuhi hasrat Ibu-nya yang kepingin nonton konser Kenny G. Perjalanan menuju Yogyakarta dari Magelang menghabiskan waktu 2 jam, walaupun mobilnya gak ber-Ac dan udaranya rada panas, tapi Rayan lebih banyak tidur dan gak rewel. Malam harinya, saya, abang dan adiknya pergi nonton konser Kenny G. Rayan saya tinggalkan 5 botol susu perasaan, yang sudah saya cicil dari 5 hari sebelumnya.
Jangan tanya deh gimana konser-nya Kenny G. That was a romantic night ever. What else could be more romantic than watching Kenny G concert in Prambanan temple with the one and only my lovely husband, holding hands. 😀 Uhuy.
Sementara kami nonton konser Kenny G, Rayan kami tinggal di hotel bersama uti dan kakung-nya. Alhamdullah Rayan gak rewel, Rayan sehat. Hingga kini, saya bersyukur karena daya tubuh Rayan cukup baik, gak gampang sakit.
Saya cukup khawatir waktu para penduduk desa nengokin bayi saya, lalu mereka mulai mencium / mengelus / mengendong-nya tanpa mencuci tangan terlebih dahulu, apalagi beberapa dari mereka terlihat lusuh karena baru pulang bertani di sawah.
Tanpa maksud menghakimi, saya pikir, kekhawatiran saya sebagai sebagai seorang ibu wajar. Om saya pernah menasihati kalau ada yang berkunjung suruh mereka pakai hand sanitizer dulu, takut bayinya kena penyakit yang dibawa orang dari luar, atau kulitnya sensitif dll, hal ini juga di katakan oleh suster dan artikel di media. Oke. Hand sanitizer sudah saya sediakan di dekat bayi, saya berharap tanpa kami suruh, mereka sudah menyadari, tapi nyatanya tidak. Tidak satupun dari mereka yang memakai hand sanitizer yang sudah kami sediakan.
Saya khawatir, tidak mungkin ibu-ibu, mbah-mbah dan mbak-mbak ini saya paksa pakai hand sanitizer kan, salah-salah mereka tersinggung dan saya di cap sombong, apalagi saya bukan penduduk asli plus gak lancar bahasa Jawa. Namun saya mencoba terbuka dan lebih memahami. Ketika kebanyakan orang kota repot dengan menaruh hand sanitizer di setiap sudut ruangan demi menjaga anak mereka dari kuman, di desa sini bayi saya setiap hari dimandikan di sebelah kandang ayam, dan para penduduk desa yang berkunjung leluasa memegang bayi saya seraya mendokan. Saya berharap doa-doa yang mereka kirimkan buat bayi saya lebih besar dari rasa khawatir saya. Dan benar saja, alhamdulilah Rayan sehat, gak dikit2 sakit.
Belom genap usia 3 bulan, Rayan sudah dapat izin uti dan kakung-nya buat hijrah ke Jakarta. Alhamdulilah. Terimakasih Magelang, makasih ibu mertua, bapak mertua, adik ipar, sodara-sodaranya abang dan semua penduduk desa Selomirah yang udah bantu selama saya di Magelang 🙂
Akhirnya berangkatlah kami ke Jakarta naik kereta. Keluarga saya di Jakarta pun udah pada gak sabar nyambut Rayan. Melihat kulit Rayan yang agak kecoklatan, keluarga saya jadi heboh, hahaha. Rayan memang sempet kulitnya gosong gara-gara waktu di Magelang di jemurnya agak lama, hampir 1 jam. Kata suster, ‘Gpp di jemur agak lamaan, gpp item daripada bayinya kuning, bu’. Saya pun juga gak masalah, wong bapake kulitnya juga manis kecoklatan.
Selang beberapa minggu di Jakarta, kulit Rayan kembali cerah. Tante saya bilang ‘nanti tinggal di Jakarta kulitnya putih lagi deh van, kan banyak orang mandi air Jakarta kulitnya putihan’. Hmmmm.. saya sendiri binggung teori dari mana sih itu, barangkali karena di Jakarta orang-orang pada keringetan jadi kotorannya keluar trus jadi putihan deh. hahaha.
Mulai deh kami beradaptasi lagi sama udara Jakarta, beradaptasi lagi ngapa-ngapain sendiri. Bagi saya tahun 2015 adalah tahunnya saya untuk orang-orang terdekat, untuk suami, keluarga, teman-teman terdekat dan Rayan. Banyak menghabiskan waktu pada aktivitas-aktivitas sederhana bersama orang terdekat, seperti memasak bersama suami atau ibu mertua, silaturahmi sama temen2, hehe, belajar momong bayi dan banyak menghabiskan waktu dengan Rayan
Sekarang Rayan baru berusia 4,5 bulan, makin aktif, makin demen main dan dibecandaian. Makin susah diajak bobok. Kalau dulu saat Rayan tidur, saya bisa melakukan kerjaan lainnya. Sekarang boboknya mulai berkurang, jadi saya harus siap ngajakin Rayan main dan menunda kerjaan saya. Huufft. Warbiasaa!!!
Terimakasih 2015, karena di tahun ini saya menjadi seorang Ibu dari anak yang luar biasa, dan menjadi istri dari suami yang super. :))
Leave a Reply