Satu lagi film yang pasti ditonton walaupun udah tau banget jalan ceritanya dan udah ngeluarin banyak versi, mulai dari original disney-nya, versi Brandy, Cinderella story-nya Hilllary Duff, Another Cinderella Story-nya Selena Gomez, Teater Musical Cinderella-nya Lea Salonga sampai yang terakhir ini Cinderella (2015) – Lily James.
Anyway, sebelumnya saya mau bilang Film Cinderella terbaru ini baguuuuuussss, hehe suka banget sama pemeran Cinderella-nya, cantik-nya tipe kolosal, menjiwai banget perannya (yaiyalah, namanya juga aktris), ekspresinya dapet, ada innocent-nya tapi juga dapet tegasnya.
Sebenarnya saya mengharapkan lebih, kayak ada twist-nya, contoh menceritakan sisi background ibu tiri atau apalah, kayak film Snow White and Huntsmen yang memperlihatkan sisi warrior-nya Snow White, atau Maleficent, kisah penyihir jahat dalam film putri tidur, ya sejenis itu. Walaupun begitu, saya tetap tertarik nonton kok, gak perlu alasan ini itu buat nonton Cinderella. Kalau kata adik saya “Ngapain nonton Cinderella, ceritanya juga sama”, tapi ya tetep aja saya tonton. Saya selalu suka film putri-putrian, mungkin karena kebanyakan anak 90’an besar dengan film-film Disney yah.
Anyway, saya memang sedikit agak baper (bawa perasaan) klo nonton film, pada beberapa adegan dalam film Cinderella membuat saya ingin nangis, contohnya pas bapaknya Cinderella dikabarkan meninggal, kasihan si Ella, dia kayak gak punya siapa-siapa lagi, sebatang kara, eh malah dijahatin sama stepmother dan stepsisters-nya pula. Saya jadi membayangkan kalau saya berada di posisi Ella.
Sihir-sihir magic-nya juga terkesan nyata, lalu ceritanya agak dibuat logis juga, jadi sebelum pesta dansa Cinderella udah gak sengaja ketemu sama pangerannya, tapi pangerannya gak ngaku kalau dia pangeran. Trus ceritanya si pangeran mengadakan pesta dansa gara-gara pengen ketemu gadis baik hati yang dia temui di hutan lagi. Lebih masuk akal kan, di create prolog-nya dulu, masa tetiba begitu aja pangeran kepincut sama kecantikan Cinderella, hari gini kecantikan mah gak cukup, kudu dari hati, trus enak diajak ngobrol, bisa bikin ketawa, taat beragama, hormat orang tua, punya prinsip, dari keluarga baik-baik…loh..loh (ini mah syarat nyari jodoh hehe)
Lalu, dalam hidup pasti kita sedikitnya pernah membayangkan kita menjadi pusat perhatian, semisal jalan di kantin sama cowo terkeren, di juara kelas, ide kita di puji sama bos, atau kacamata baru kita jadi topik menarik waktu kumpul-kumpul sama teman, ya bayangkan saja moment itu seperti saat Cinderella diajak sang pangeran berdansa, rasanya seperti semua mata tertuju padamu . Gaunnya Cinderella juga bagus dan lebar banget, agak makan tempat sih, makanya dia diliatin sama orang-orang, dan saya pun terpesona.
Siapa sih yang gak tau cerita Cinderella, semua orang didunia ini juga tau kalau endingnya Cinderella hidup bahagia dengan Pangeran di Istana. Ngomong-ngonong soal cinta sejati, dari dulu saya selalu mendambakan hadirnya seorang pangeran dalam hidup saya, yaaa mungkin saya mengharapkan kisah cinta yang ajaib, gak mesti kayak putri-putrian sih , hehehe. Dan, bisa dibilang saya mendapatkannya, setelah 6 tahun pacaran, mengalami pasang surut akhirnya saya yakin kalau dia pangeran yang saya tunggu-tunggu itu, yaitu suami saya 🙂 Seorang yang biasa saja, bukan pangeran, bukan raja, ataupun presiden, tapi dia selalu memperlakukaan saya seperti putri di hatinya, uhuuuy hahaha.. males yak bacanya wkwkwk
Baiklah, terlebih dari itu, menurut saya kisah putri-putrian ini harus dikonsumsi anak-anak dari kecil karena mengajarkan kebaikan, tegar, keberanian dan kesabaran, kayak kata ibunya Cinderella “Have courage and be kind”, yaaa gak harus disiksa dulu kayak Cinderella sih. Contohnya lain mungkin film Rapunzel yang juga banyak menawarkan Humor.
Saking merasuk pesan-pesannya film princess, mungkin sampai berpengaruh di tingkah laku saya.Teman-teman saya sampai menyebut saya princess, hehe. Teman kosan saya waktu kuliah, sampai teman kantor saya menyebut saya princess, saya pun heran, apanya yang princess sih??? Apa saya terlalu baik seperti princess, tapi bukannya baik itu normal ya, kan memang dari kecil diajarin sama siapa aja harus baik, walaupun kadang suka ada sebel-sebelnya sama orang tapi kalau kita tetap bisa berbuat baik itu rasanya hati lebih seneng karena gak dikalahin sama ego sendiri. Bukan begitu?
Atau jaman sekarang baik itu dinilai kurang menantang atau membosankan ya?? Yg nakal-nakal malah lebih dicari, cowok aja kalau nakal dibilangnya lebih sexy, bad boy gituu. Jail-jail dikit gak papa jg sih, lebih seru katanya, bukan berarti jahat juga kan, mungkin gak tau aja cara nunjukinnya 🙂 Hayooo!!
Leave a Reply