Aaakkkk, Crazy Rich Asians udah ada di bioskop Indonesia, yaampun saya deg-degan pingin nonton.
Jadi, tulisan ini saya buat bukan untuk mereview filmnya ya, wong saya belom nonton filmnya, melainkan share experience ketika baca novelnya. Jadi, nggak spoiler kaaan!! Dari awal memang saya bertekat buat merampungkan novelnya dulu sebelum nonton filmnya biar lebih menghayati.
Film yang didaptasi dari novel trilogi pertama karya Kevin Kwan ini diramalkan akan disambut dengan baik oleh pasar Asia. Pasalnya film ini telah lebih dulu tayang di Amerika dan memperoleh sambutan sangat baik disana, bahkan aktor amerika seperti Chris Patt dan Emma Watson pun memberikan pujian terhadap film Crazy Rich Asians.
Sebelum menonton filmnya dan terlibat lebih jauh (jaelaaa, terlibat lebih jauh?? emang saya siapahh??hehehe), saya akan men-share pengalaman membaca bukunya terlebih dahulu, mumpung masih hangat di kepala.
Crazy Rich Asians menjadi salah satu deretan novel yang cukup berkesan di list saya. Bukunya sering saya lihat di Gramedia, tapi tidak pernah begitu tertarik baca sampai saya tau bukunya diadaptasi ke film hollywood. Itu aja, setelah ngeliat trailer-nya, baru deh nyari bukunya. Rupanya kisah orang Asia, lebih tepatnya orang-orang kaya Asia, ternyata cukup menaruh perhatian orang Amerika ya dan bahkan dunia, weeew. Filmnya juga merupakan film comedy romantic hollywood yang katanya hampir seluruh pemainnya orang Asia. Jadi bikin penasaran nggak sih!!
Crazy Rich Asians
Blurp
Rachel Chu, dosen ekonomi keturunan Cina, setuju untuk pergi ke Singapura bersama kekasihnya, Nick, ia membayangkan rumah sederhana, jalan-jalan keliling pulau dan menghabiskan waktu bersama pria yang mungkin akan menikah dengannya itu. Ia tidak tau bahwa rumah keluarga Nick bagai istana, bahwa ia akan lebih sering naik pesawat pribadi daripada mobil, dan dengan pria incaran se Asia dalam pelukannya, Rachel seperti dimusuhi semua wanita.
Di dunia yang kemewahannya tak pernah terbayangkan oleh Rachel itu, ia bertemu Astrid, si IT Girl Singapura; Eddie yang keluargannya jadi penghuni tetap majalah-majalah sosialita Hong Kong dan Eleanor, ibu Nick, yang punya pendapat sangat kuat tentang siapa yang boleh dan tidak boleh dinikahi putranya.
Dengan latar belakang tempat paling eksklusif di Timur Jauh dari penthouse-penthouse Shanghai hingga pulau-pulau pribadi di Laut Cina Selatan – Crazy Rich Asians bercerita tentang kalangan Jet Asia, dengan sempurna menggambarkan friksi antara golongan Orang Kaya Lama dan Orang Kaya Baru, serta antara Cina Perantauan dan Cina Daratan.
Experience
Ketika membuka halaman pertama pembaca disuguhi dengan Pohon keluarga. Awalnya saya hiraukan, langsung aja buka bab pertama dan mulai membaca, seumur-umur baca novel ngalir aja, nggak pernah dibekali dengan pohon keluarga, sebegitu pentingkah??
Nggak lama baca, saya mulai buka-buka juga halaman pohon keluarga ini, ternyata memang ada alasannya menyajikan pohon keluarga di halaman pertama. Selain menjelaskan silsilah keluarga yang lumayan complicated, ini juga menjelaskan kekuasaan masing-masing keluarga, pengaruh masing-masing keluarga plus drama-dramanya.
Penulis sangat lihai dalam memainkan diksi. Pemilihan kata tidak hanya bersifat deskriptif tapi menggiring pembaca untuk merasakan dan memperoleh pemahaman mendalam.
Secara halus, melalui peristiwa-peristiwa, penulis mampu menggiring pemahaman pembaca ke suatu titik yang ia kehendaki. Contohnya saja pada bagian prolog, meskipun diawali dengan peristiwa sederhana namun diakhir-akhir sangat terbaca bagaimana penulis ingin pembaca untuk membayangkan kekayaan keluarga Young yang luar biasa dan bagaimana kuasa mampu memutarbalikan keadaan.
Crazy Rich Asians memuat banyak karakter, nggak cuma itu-itu saja. Saking banyaknya sampai saya harus nyontek ke halaman pohon keluarga setiap muncul nama atau karakter baru dalam buku ini. Meskipun muncul banyak karakter, tapi nggak bikin binggung kok, sebaliknya malah mencerahkan karena setiap karakter memiliki peran dan ditempatkan secara baik oleh penulis.
Dimulai dengan awal perkara yaitu ketika Nich mengajak Rachel untuk menghadiri pernikahan sahabatnya si Singapura, yang juga tanah kelahirannya dan tempat Nick dibesarkan. Tentu saja disana Rachel juga akan bertemu dengan keluarga Nick, khususnya Eleanor, ibu Nick. Sayangnya, selama pacaran Nick tidak banyak berbagi cerita tentang keluarganya, sebaliknya dengan Rachel yang dengan gamblang membagikan cerita tentang keluarganya.
Saya suka dengan cara penulis membagi tiap babnya. Terbagi dengan beberapa sudut pandang tokoh, beberapa peristiwa ataupun lokasi. Saya akui, cara ini memberikan porsi masing-masing tokoh untuk berkembang. Pembaca diajak lebih dekat dengan masing-masing karakter. Meskipun banyak sudut pandang dan peristiwa, tapi plotnya sama sekali tidak membinggungkan, sama sekali tidak muter-muter. . Selain itu, halaman setiap bab-nya pun tidak terlalu panjang membuat plotnya mudah diikuti dan dicerna.
Sebenarnya Crazy Rich Asians tidak terlalu menawarkan konsep baru, dari barat kita tau Cinderella, dan ada juga Maid in Manhattan, sedangkan dari negeri sendiri mungkin kisah Bawang Merah Bawang Putih. Hanya saja ini dibungkus dengan pendekatan yang berbeda.
Kehidupan biasa yang mereka jalani bersama sebagai dua dosen muda di New York tidak mirip sama sekali dengan kehidupan kekaisaran megah yang dimiliki Nick di sini, dan Rachel tidak tau cara menyatukan keduanya (Hal, 196)
Bukan hanya mengenai si tokoh utama yang hidupnya mulai berubah diluar kesehariannya karena mendapati seorang pangeran, atau ibu si pangeran tidak menyetujui hubungan putranya bersama rakyat biasa, atau si baik yang akhirnya mendapati keajaiban dalam hidupnya, tapi juga dibumbui isu budaya.
Hidup dan tumbuh besar di Amerika, mengenyam pendidikan tinggi hingga S3, tak lantas membuat Rachel diterima begitu saja oleh keluarga Nick. Salah satu yang membuat ibunya Rachel khawatir adalah Rachel tidak terlalu paham budaya Cina, budaya leluhurnya.
“Nak, sekali lagi kau menilai situasi dengan mata Amerikamu. Kau harus melihat ini dengan cara orang Cina. Di Asia, ada waktu yang tepat untuk segala sesuatu, etiket yang pantas. Seperti yang pernah kukatakan, kau harus menyadari bahwa keluarga-keluarga Cina peranakan bisa lebih tradisional daripada Cina Daratan” (hal, 71).
Melalui peristiwa dan karakter tokohnya, penulis seperti ingin menjelaskan bagaimana Asia memiliki power sekaligus tradisi yang amat mendominasi.
Fav
Salah satu yang saya sukai di novel ini, yaitu hubungan Rachel dan ibunya, Kerry. Menjadi single mother yang merantau ke Amerika, membuat hubungan Rachel dan Kerry sangat dekat. Kerry digambarkan sebagai seorang yang bekerja keras demi anak, agar Rachel mendapatkan pendidikan dan hidup yang layak.
Dan Apa yang Kerry lakukan ini tidaklah sia-sia, ini membawa Rachel berada di lingkungan yang baik, di kalangan terpelajar, juga membuatnya bertemu dengan Nick. “Good shoes take you to the good place”, I think this quote really work on Rachel.
Who’s got a part
Selain kisah Nick dan Rachel, diceritakan pula kisah Astrid, sepupu Nick, yang menjadi kisah minor. Di buku, kisah dari sudut pandang Astrid diberikan porsi yang lumayan sering oleh penulis. Astrid digambarkan sebagai perempuan berkelas yang memiliki selera fashion tinggi dan dihormati oleh para wanita asia yang berkelas. Ia telah menikah dengan Michael, seorang pemilik perushaan teknologi dan berlatarbelakang militer.
Selain diceritakan tentang rumah tangga Astrid yang mulai goyah dan kemunculan mantannya, Charlie Wu, sekali-dua kali diselipkan pula bagian Araminta Lee (calon mempelai wanita) yang terobsesi dengan Astrid. Saya agak kurang paham mengapa penulis memberikan ruang untuk bagian ini, karena saya tidak mendapati arahnya. Mungkin di buku yang selanjutnya alias China Rich Girlfriend akan diceritakan dalam porsi lebih banyak. I’ve no idea kalau di film seperti apa, apakah sudut pandang Astrid akan cukup disoroti selain kisah Nick dan Rachel??? Atau malah sudut pandang Eleanor yang menjadi penyeimbang?
Bab bagian Ibu Nick, Eleanor, juga diberikan cukup porsi dalam buku ini, menceritakan bagaimana ia tidak setuju dengan hubungan Nick dan Rachel, ia juga menaruh curiga pada Rachel dan dengan berbagai cara menyelidikinya. Dari yang saya lihat di trailer filmnya, sepertinya part dan karakter Eleanor cukup menonjol.
Ada pula part Keluarga Peik Lin, Sahabat Rachel di Singapore yang keluarganya merupakan salah satu yang kaya Singapore. Meskipun dari kaum borju dan terkesan sedikit riya, tapi Peik Lin baik pada Rachel, ia juga termasuk orang kaya yang murah hati dan ceria. Kalau di film, sepertinya digambarkan lebih kocak dan seru. Semenjak tau bahwa Rachel berpacaran dengan Nick, Peik Lin dan keluarganya menjadi kepo dengan keluarga Nick.
Dari yang saya baca dan yang saya lihat di trailer film Crazy Rich Asians ada sedikit perbedaan, kalau di novel, diceritakan Peik Lin dan keluarganya tidak mengenal keluarga Nick/ Keluarga Young. Tentu saja, para orang kaya ini tidak ingin dikenal segambang itu, mereka tidak menyembunyikan identitasnya, tapi tidak pula menggembar gemborkan profil dan kekayaannya, terkesan lebih misterius.
Peik Lin kehilangan kata-kata. Dia menatap Rachel dengan sikap yang mendadak intens, kemudian berkata nyaris berbisik, “Aku tidak tau siapa orang-orang ini. Tapi aku dapat memberitahumu satu hal – orang-orang ini lebih kaya daripada Tuhan.” (hal,152)
Nggak sabar pingin nonton filmnya!!! Kira-kira apalagi ya yang berbeda dari novel dan filmnya.
Dan akhirnya setelah cukup lama film bergenre superhero mendominasi bioskop, muncul juga Crazy Rich Asians mewakili film bergenre Comedy Romatic yang seluruh pemainnya orang Asia. Diproduksi di studio besar Hollywood, Warner Bros Pictures, membuatnya setara dengan film Hollywood bahkan diawal kemunculannya sudah mengantongi nilai 93% di laman agregator Rotten Tomatoes. Kereeeen, weekend ini harus nonton sebelum filmnya hilang dari bioskop 🙂
Diperanankan oleh :
Constance Wu sebagai Rachel,
Henry Young sebagai Nick Young
Michelle Yeoh sebagai Eleanor
Awkwafina sebagai Peik Lin
Gemma Chan sebagai Astrid
Leave a Reply