Memasuki bulan Ramadhan, salah satu tempat bukber tahun ini yang cukup berkesan bagi saya adalah Jittlada – Thai Restaurant.
Setelah voting tempat bukber yang tidak berkesudahan dan diiringi kalimat ‘gw ngikut aja’ dan ‘terserah’, akhirnya salah satu teman mencetuskan nama ‘Jittlada’. Awalnya agak malas gitu mencicipi makanan baru, makanan apa pula ini? thai food? seumur-umur saya belum pernah mencicipi masakan Thailand. Akan tetapi, hati kecil saya berbisik “sekali-sekali coba yang baru-baru lah, ambil resiko lah, meskipun itu hal kecil termasuk makanan”. Jangan terlalu underestimate kemampuan lidah dengan hanya mencicipi makanan yang itu-itu saja.
Akhirnya saya mengiyakan ajakkan teman saya bukber di restoran yang namanya agak aneh didengar dan diucapkan itu. Karena belum pernah menginjakkan kaki di negara 1000 pagoda, jadi satu-satunya tentang Thailand yang nggak asing dan saya sukai adalah Thai Tea-nya, hehehe. Cukup penasaran sih sama makanan Thailand, enak apa nggak ya, selebihnya pingin ke ngumpulnya dong.
Sebelumnya saya sempat cek di Zomato menu yang enak di Jittlada. Beberapa memfavoritkan Nasi Goreng Nanas / Pineapple Fried Rice dan Tom Yum-nya. Oke, noted.
JITTLADA
Tibalah hari H. Di Grand Indonesia, Jittlada Restaurant berada di lantai 3A. Nggak susah kok mencari restoran ini di GI karena letaknya cukup eksklusif, bersebelahan dengan Manhattan Fish Market dan Ojju K-food.
Masuk ke dalam, kami langsung diarahkan ke ruangan tersendiri yang sudah dibooking (H-1) sebelumnya. Woaaa, jarang-jarang ada restoran yang bisa pesan tempat di bulan Ramadhan sebelum berbuka puasa, Leko saja baru buka waiting list setelah azan Magrib dan nggak menerima booking tempat sebelum berbuka puasa.
Selain meja kapasitas kelompok kecil (2-6 orang), Jittlada juga menyediakan beberapa ruangan khusus yang cukup untuk kapasitas 8-12 orang.
Meskipun saya belum pernah ke Thailand, tapi saya merasakan nuansa thailand banget disini. Lampu kuning, remang-remang. Furnitur meja makan, kursi dan partisi ruangan menggunakan material kayu, dipadukan dengan elemen emas pada dekorasi hiasan dindingnya, yang saya anggap mewakili pagoda. Untuk perabotan makannya sendiri, menggunakan poselen dengan motif manis bewarna putih biru, mengingatkan saya dengan motif tegel yang membawa kesan tradisional.
MENU
Beralih ke menunya, nurut sama rekomendasi dari Zomato, saya pun memasan Pineapple Fried Rice/ Nasi Goreng Nanas untuk makan besar, Mango Sticky Rice dan Kratong Thong untuk camilan dan tentu saja minumannya Thai Tea. Pingin tau aja, apa ada perbedaannya Thai Tea yang biasa di beli di booth kecil sama Thai Tea yang berasal dari restoran thailand-nya sendiri. Harusnya lebih enak sih, tapi sebelum ngomentarin Thai Tea, kita mulai dari makanannya dulu ya.
Pineapple Fried Rice (65K), looks nya kayak nasi kuning dengan tambahan udang dan abon. Rasanya mengingatkan saya sama nasi Kebuli , ditambah ada taburan kismisnya yang membuatnya menduplikat nasi Kebuli. Nanasnya cukup berasa, tapi keseluruhan rasanya ‘B’ aja sih, biasa aja. Porsinya cukup besar, untuk yang porsi makannya nggak terlalu banyak kayak saya, sepiring nasi goreng nanas ini bisa dinikmati untuk 2 orang.
Ketimbang Pineapple Fried Rice, saya lebih berkesan sama Mango Sticky Rice dan Kratong Thong. Enak banget Mango Sticky Rice-nyaaaa, sambil menulis ini pun saya membayangkan kapan ya bisa ke GI lagi, pingin pesan Mango Sticky Rice-nya, hehehe. Kalau pesan pakai Gojek kasian abang gojeknya, kejauhan dari rumah, lagian untuk makanan seenak ini saya nggak akan membiarkan nafsu makan saya mendominasi dan menjadikan makanan ini tidak spesial lagi. Cukup sekali-sekali saja dan makannya dengan penuh kesadaran juga penghayatan, hehe.
Jadi, Mango Sticky Rice (45K) ini, buah mangga yang dimakan dengan ketan putih dan saus santan. Aneh? setelah ngerasain perpaduannya, kalian pasti nggak bilang aneh lagi deh. Menu ini enak banget, tapi di halaman pertama Zomato belum ada ulasan tentang mangga santan ketan ini, barangkali kurang populer, tau deh kalau di halaman selanjutnya, barangkali ada.
Mangga nya seperti buah mangga pada umumnya, sepertinya tidak dicampur oleh pemanis / larutan apapun, alias mangga tok. Rasa ketannya makin terasa enak setelah dicampur dengan saus santan.
Kratong Thong (39K) juga lumayan enak. Berisi jagung, ayam dan udang cincang, menggunakan wadah crispy cups. Makannya langsung sekali lahap atau dua kali. Abang juga menemukan cara makan yang enak, yaitu dibalut dengan selada yang menjadi hiasan plating.
Untuk Thai Tea (30K) dari awal ekspektasi saya sudah tinggi. Secara Thai Tea di restoran asalnya dan harganya sedikit diatas harga Thai Tea pada umumnya. Harus lah, harus lebih enak dari yang dijual di booth. Ternyata, memang lebih enak, lebih creamy dan berasa Thai-nya. Rasa pahit-manis Thai Tea menyatu dengan pas, nggak kemanisan.
Di Jakarta, selain di Grand Indonesia, beberapa outlet Jittlada lainnya dapat ditemui di Pondok Indah Mall 2, Lotte Shopping Avenue, Senayan City, Living World Alam Sutra, dan The Breeze Serpong
Kesimpulannya, Jittlada adalah restaurant thailand pertama yang saya coba dan saya suka. Akan kesana lagi buat makan Mango Sticky Rice sama pingin coba singkong thailand-nya dan menu lainnya. Untuk itu saya beri nilai 4/5 .
cover image: Jittlada.com
Leave a Reply